09.51
0

`PUSAKA SOEKARNO`

 

 


Sebilah pusaka besar maknanya bagi Ir. Soekarno. Kecintaannya pada warisan leluhuritu, terlihat dari banyaknya tosan aji yang dimiliki. Salah satu pusaka sakti miliknya, didapat dari Gunung Nabi di Papua saat berkecamuk Perang Dunia (PD II).
ROKLAMATOR RI ini kabarnya memiliki ratusan pusaka. Padahal, putra sang fajar tersebut, dikenal sebagai sosok pria yang rasional dan bervisi jauh ke depan. Kendati demikian, sejarah kehidupannya, ternyata tidak lepas dengan hal-hal yang bersifat spiritual budaya, seperti keris, tombak, dan pusaka lain.
Sadar koleksinya bisa raib, atau lantaran rasa sukanya pada pusaka yang teramat tinggi, beberapa benda pusaka lalu diboyong ke istana.
Selanjutnya, dibuatkan tempat khusus dan dikelola oleh sebuah yayasan.
Adapun yang kedapuk mengurus benda-benda pusaka itu adalah Guruh Soekarnoputra, sebagai Ketua Yayasan Bung Karno yang berdiri sejak 1978. Bagi alumni Fakultas Arkeologi Universiteit van Amsterdam, Belanda ini, merawat pusaka ayahandanya jadi amat mengasyikkan.
Pimpinan Sanggar Tari Swara Mahardika ini pada suatu kesempatan pernah berujar bahwa benda-benda pusaka itu didapat dari leluhur, istana, dan keluarga. Istana yarig dimaksud adalah Istana Merdeka, Istana Bogor, Batutulis, dan lain-lain.
Bentuk pusaka-pusaka itu beragam. Ada keris, tombak, tongkat komando, dan sebagainya. Pusaka Bung Karno kebanyakan berasal dari jalur ayah, kakek moyang yang kebetulan berdarah Majapahit.
Sementara dari nenek atau ibu berasal dari keturunan Raja Buleleng. Dengan begitu ada juga yang berasal dari Singosari. Pusaka itu dikumpulkan sejak Bung Karno masih muda hingga jadi presiden dan sesudahnya. Jumlahnya masih terus diinventarisasi.
Sebab, pusaka itu ada beberapa yang masih di istana dan di keluarga, belum pernah dipanierkan pula. Belum termasuk cindera niata dari negara-negara lain, seperti batu giok dari Cina, pedagang Samurai dari Jepang, dan lainnya. Hingga sekarang, baru sepersepuluh benda peninggalan Bung Karno yang pernah dipamerkan. Keluarga Bung Karno merasa tidak heran bila ada beberapa pihak mengaku memiliki ‘tongkat komando’ Bung Karno. Sebab, segala sesuatu yang berhubungan dengan Bung Karno, selalu menjadi fenomena menarik. Tidak hanya di dalani negeri, tapi juga di luar negeri. “Kalau : ada yang mengklaim punya,: pusaka Bung Karno asli, itu urusan mereka. Apa pun klaim di luaran, itu terserah mereka,” papar Guruh pada sebuah media ibu kota.

Di Keluarga dan Istana
Bung Karno memang punya berbagai model tongkat komando. Tetapi yang paling sering dibawanya pada acara-acara kenegaraan, hanya satu atau dua. Adapun yang paling sering dibawa itu, tak lain sebilah tongkat dan juga keris yang ada di ruang hening.
Lantaran seringnya membawa tongkat saat bepergian, pada akhirnya memunculkan polemik di masyarakat. Tak sedikit warga masyarakat mengaku, memiliki pusaka Bung Karno. Mensikapi polemik tersebut, pihak keluarga tak ingin terpancing. Karena itu, jika ada orang yang mengaku memiliki tongkat atau keris Bung Karno, terlebih dulu harus dibuktikan keasliannya.
Ditegaskannya bahwa pusaka Bung Karno semua ada di keluarga dan di istana. Kalau ada keluarga tertentu merasa mempunyai pusaka, ada proses lanjut apakah bisa dibuktikan kebenarannya atau tidak.
Sejarah mencatat.pada dekade 1942 Bung Karno pernah berada di Babo, Papua. Wilayah ini punya arti dan nilai historis tinggi berkaitan erat dengan ‘Keris Pusaka’ yang diperoleh Bung Karno dari Gunung Nabi melalui Kaliopes Cosmos Werbete. Dia salah seorang pelaku sejarah setempat. Kepada wartawan dirinya pernah berkisah bahwa Bung Karno berada di Babo ketika Perang Duma (PD) II niasih berkecamuk. Tokoh yang kemudian menjadi salah satu Proklamator RI itu, jelasnya menjadi incaran tentara Jepang untuk dibunuh.
Guna menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, Bung Karno dilarikan dari Babo ke Kampung Refideso oleh Cosmos Werbete, kemudian menuju Gunung Nabi.”Di Gunung keramat itulah Bung Karno diberi keris wasiat,”ungkap Keliopes kepada wartawan ibu kota. Setelah membawa keris tersebut, Bung Karno berhasil meloloskan diri dari percobaan pembunuhan.
Tapi pada ujungnya, bersama Cosmos Werbete pemilik keris tersebut, Bung Karno diasingkan Belanda.

Digembleng Tokoh Kuno
Jiwa Jawi Bung Karno merupakan cerminan semangat hidup yang mengedepankan keutamaan. Menghargai hidup dan kehidupan. Baginya, hidup adalah memberikan bukti kebaikan dan karena itu semasa remaja dirinya gemar laku prihatin. Semua itu dilakukan untuk membentuk jiwa jawinya supaya sekokoh baja.
Konon, kegemaran laku ini berawal dari beberapa guru spiritualnya dari Jogjakarta yang tak diketahui siapa, sejatinya nama dari sang guru spiritual tersebut. Sebab, dalam dunia spiritual ada pantangan untuk tidak menyebut nama. Ada kisah nyalawadi sebelum Kusno lahir. Kala itu, Keraton Jogjakarta kehilangan sebilah pusaka sakti. Tiba-tiba entah dari niana asalnya, di lingkungan keraton muncul isu bahwa pusaka yang hilang tersebut bersemayam di rahim ibunda Bung Karno. Lalu lewat peristiwa gaib setelah Kusno lahir, langsung diangkat jadi murid tokoh trah Keraton Jogjakarta.
Meski Bung Karno dikenal rasional dan bervisi jauh ke depan, kehidupan presiden pertama RI ini tidak lepas dengan hal-hal yang bersifat spiritual-budaya, seperti keris, tombak dan pusaka lain. Karena itulah beberapa benda pusaka lalu diboyong ke istana.
Dan pusaka-pusaka itu kini dibuatkan tempat khusus yang dikelola sebuah yayasan. Lembaga yang mengurus benda-benda pusaka itu adalah Guruh Soekarnoputra, sebagai Ketua Yayasan Bung Karno sejak 1978. Bagi alumni Fakultas Arkeologi Universiteit van Amsterdam, Belanda ini, memelihara pusaka ayahandanya jadi amat mengasyikkan.
Guruh pernah mengemukakan pendapatnya soal pusaka peninggalan Bung Karno itu. Menurutnya benda-benda itu didapat dari leluhur, istana dan keluarga. Istana yang dimaksud adalah Istana Merdeka, Istana Bogor, Batutulis dan lain-lain. Bentuknya beragam, misal keris, tombak, tongkat komando dan sebagainya. Pusaka Bung Karno kebanyakan berasal dari jalur ayah, kakek moyang yang kebetulan berdarah Majapahit. Sementara dari nenek atau ibu berasal dari keturunan Raja Buleleng. Dengan begitu ada juga yang berasal dari Singosari.
Pusaka itu dikumpulkan sejak Bung Karno masih muda hingga jadi presiden dan sesudahnya. Jumlahnya masih terus diinventarisasi. Sebab, pusaka itu ada beberapa yang masih di istana dan di keluarga, belum pernah dipamerkan pula.
Hingga sekarang, baru sepersepuluh benda peninggalan Bung Karno yang pernah dipamerkan. Keluarga Bung Karno merasa tidak heran bila ada beberapa pihak mengaku memiliki ‘tongkat komando’ Bung Karno. Sebab, segala sesuatu yang berhubungan dengan Bung Karno, selalu menjadi fenomena menarik. Tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. “Kalau ada yang mengklaim punya pusaka Bung Karno asli, itu urusan mereka. Apa pun klaim di luaran, itu terserah mereka,” papar Guruh pada sebuah media ibukota.
Bung Karno memang punya berbagai model tongkat komando. Tetapi yang paling sering hanya satu atau dua. Yang paling sering dibawa, tongkat dan keris yang ada di ruang hening.
Jika di masyarakat ada yang mengaku memiliki pusaka Bung Karno, tak bisa dipercaya begitu saja. Harus ada pembuktian.
Pusaka Bung Karno semua ada di keluarga dan di istana. Kalau ada keluarga tertentu merasa mempunyai pusaka, ada proses lanjut apakah bisa dibuktikan kebenarannya atau tidak.
Pada 1942 Bung Karno pernah berada di Babo, Papua. Wilayah ini punya arti dan nilai sejarah tinggi berkaitan erat dengan ‘Keris Pusaka’ yang diperoleh Bung Karno dari Gunung Nabi melalui Cosmos Werbete.
Keliopes Werbete salah seorang pelaku sejarah menceriterakan kepada wartawan setempat, Bung Karno berada di Babo ketika Perang Dunia (PD) II masih berkecamuk. Tokoh yang kemudian menjadi salah satu Proklamator RI ini diincar tentara Jepang untuk dibunuh.
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, Bung Karno dilarikan dari Babo ke kampung Refideso oleh Cosmos Werbete, kemudian menuju Gunung Nabi. “Di Gunung keramat itulah Bung Karno diberi keris wasiat,” ungkap Keliopes kepada wartawan ibukota.
Dan setelah membawa keris tersebut, Bung Karno berhasil meloloskan diri dari percobaan pembunuhan. Tapi pada ujungnya, bersama Cosmos Werbete pemilik keris tersebut, Bung Karno diasingkan Belanda.

 Soekarno dalam dunia Supranatural

BUNG Karno sejak kecil digembleng laku kebatinan Jawa. Bersama beberapa nama terkenal, sejak usia muda Bung Karno mengkaji, mendalami dan melakoni kebatinan. Dalam perjalanan hidup yang penuh ketidakadilan justru menjadi semangat untuk bangkit dan mencari sumber keadilan yang hakiki. Perjalanan laku yang sangat tinggi dilakukannya demi mencari hakekat hidup.
Berawal dari RM Said yang belajar dari desa Mojogedang Karang Pandan, Karang Anyar Jawa Tengah. Beliau pernah berguru kepada seorang pertapa wanita yang bernama Nyai Karang. Ketika berjuang beliau melawan Belanda, RM Mas Said menggunakan markasnya di desa Nglaroha. Didampingi senopati yang sekaligus gurunya (Kudono Warso), semakin hari ilmu jaya-kawijayan RM Said semakin tinggi.
Ilmunya kemudian diturunkan kepada anak cucunyya yang meneruskan perjuangannya melawan penjajah. Salah satu cucunya adalah sahabat Kyai Santri (KPH Djoyo Koesoemo). Selain diangkat sebagai penasehat pribadi Sunan Paku Buwono IV ,Kyai Santri diakui sebagai teman dalam mengasah ilmu sastra dan kebatinan. Tidaklah mengherankan jika kemudian Paku Buwono IV di kemudian hari melahirkan serat Centini, falsafah hidup, sebagai ensiklopedinya orang Jawa.
Perjuangan melawan Belanda, mengakibatkan Kyai Santri dikejar-kejar. Akhirnya beliau memilih keluar Kraton dan keliling tanah Jawa. Menghindari kejaran Belanda, dengan berkeliling Tanah Jawa, tiga kali sambil memperdalam ilmu kebatinannya. Kyai Santri berkawan pula dengan Ronggowarsito, Mangkunegoro IV dalam mengkaji dan tukar kawruh Jawa. Pada perjalanan akhirnya beliau memilih desa Giri Jaya di lereng Gunung Salak, Sukabumi, Jawa Barat sebagai tempat perhentian terakhir. Di sanalah beliau tinggal dengan didampingi dua orang istri beliau.
Perjalanan spiritualnya mampu menghadirkan Kanjeng Ratu Kidul sebagai guru beliau, Eyang Lawu (Kaki Semar) dan Leluhur lainnya sebagai seorang Guru. Murid-murid Kyai Santri cukup banyak, selalu dididik bagimana menjadi seorang pemimpin yang baik. Pendidikan yang berdasar pada budaya Jawa asli, dimana nurani sebagai Way of Life dan pikir sebagai alat untuk memimpin. Di antara murid beliau adalah Paku Buwono (PB) IV, Mangku Negoro (MN) IV, PB VI, PB IX , PB X, MN VII, HOS Cokroaminoto, Dr Wahidin Sudiro Husodo dan yang terakhir adalah Bung Karno. Beliau hidup hingga usia 159 tahun dan meninggal pada tahun 1929 Masehi di desa Giri Jaya Sukabumi.
Murid-murid beliau adalah pejuang sejati, pemimpin nasional, pujangga dan sekaligus negarawan. Ilmu-ilmu beliau sudah mencapai tataran tingkat tinggi dan mencapai alam makrifat. Manusia harus jadi “Manungso sejati, sejatine manungso”, di mana nurani sebagai titik dan sumber tuntunan bagi kehidupan, sedangkan pikir sebagai alat untuk menjalankan tuntunan Illahi tersebut. Beliau selalu mengajarkan bagaimana manusia mampu kembali menjadi manusia yang sebenarnya.
Dengan menyelaraskan batin, pikiran, ucapan dan perbuatannya, manusia akan menjadi manusia menurut kodrat Illahi. Sukma merupakan percikan Illahi, sebagai utusan Sang Pencipta (Ha- Hananira, wahanane Hyang). Pada hakehatnya bila manusia telah mampu menyelaraskan dan menyamakan antara batin, pikiran, ucapan dan perbuatannya, manusia tersebut telah mencapai alam makrifat. Manusia tersebut mampu berada posisi “Jumbuhing kawulo gusti”. Berarti manusia itu mampu menjadi seorang pemimpin (gusti = bagusing ati).
Dengan laku tapabrata yang sebenarnya seperti di atas, manusia kembali pada asalnya, hal ini dalam budaya Jawa disebut “Sangkan paraning dumadi”. Hakekat kehidupan manusia sama dengan ciptaan lainnya, menurut hukum ekosistem. Dalam budaya Jawa dikenal dengan “Cakra manggilingan”. Bila manusia mampu meletakkan batin, pikiran, ucapan dan perbuatannya sama, maka tidak ada lagi tuntunan lain kecuali tuntunan Sang Pencipta lewat batin/nuraninya. Swara dalam batin itulah yang disebut Swara Sejati.


REFERENSI : http://yudhysulistio.wordpress.com/category/sejarah-dan-pusaka-soekarno/


0 komentar:

Posting Komentar